Penciptaan Ruang Keempat Sebagai Basis Pembinaan Warga Gereja Pribumi Dalam Menggereja Di Jawa

Authors

  • Akris Mujiyono
  • Fibry Jati Nugroho Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala

DOI:

https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.173

Keywords:

Culture, Third Space, Mimicry, Hibryd, Space The Fourth.

Abstract

The true Church must run of vocation as peacemakers. Peacemaker could do if the Church has become part of the context. If the Church were exiled by the context, it means that there are issues that must be resolved within the Church. Northen Central Java Christian Church (GKJTU), and the same with other churches on the Javanese, experienced alienation from the context. That alienation because there is the question of the identity of a Hybrid Church. To cope with it all the citizens of the Church must be built to move nearing the Javanese culture with the formation of the fourth space as its base. This fourth space is a space to interact back with the Christianity of Javanese culture that's been left behind. The fourth space is the place for contextualize. The formation of this fourth space should be seen from the poskolonial theory is Homi k. Bhabha about third space.

 

Gereja yang hidup dan benar harus menjalankan panggilannya sebagai pembawa damai. Pembawa damai bisa dilakukan jika Gereja telah menjadi bagian dari konteks. Jika gereja diasingkan oleh konteks itu artinya ada persoalan yang harus diselesaikan di dalam gereja itu. Gereja Kristen Jawa tengah utara (GKJTU), dan sama dengan Gereja lain di Jawa, mengalami keterasingan dari konteks. Keterasingan itu karena ada persoalan identitas Hybrid gereja. Untuk mengatasi hal itu semua warga gereja harus dibina untuk bergerak mendekati budaya Jawa dengan pembentukan ruang keempat sebagai basisnya. Ruang keempat ini adalah ruang untuk berinteraksi kembali kekristenan dengan budaya Jawa yang sudah ditinggalkannya. Pembentukan ruang keempat ini harus dilihat dari teori poskolonial Homi K. Bhabha.

References

Aritonang, Jan S. Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. BPK Gunung Mulia, 2004.

Bhabha, Homi K. The Location of Culture. Routledge, 2012.

Creswell, John W, Penelitian Kualitatif & Desain Risert, Terj. Ahmad Lintang Lazuardi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme. BPK Gunung Mulia, 2000.

End, Th. Van Den, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Habermas, Jürgen. Between Naturalism and Religion: Philosophical Essays. John Wiley & Sons, 2014.

Kraidy. Hybridity, OR the Cultural Logic of Globalization. Pearson Education India, 2007.

Lombard, Denys. Nusa Jawa: Batas-batas pembaratan. PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Nugroho, Fibry Jati, “Gereja Dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja di Tengah Kemiskinanâ€, Ungaran: Evangelical: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, Vol. 3. No. 1. Juli – Januari, 2019.

Partonadi, Soetarman Soediman. Komunitas Sadrach dan akar kontekstualnya. BPK Gunung Mulia, 2001.

Puspita, Ayunda Riska, “Refleksi Kepercayaan Pesisir Pantai Prigi dalam Sajen Slametan Njangkarâ€, Jakarta: Jurnal Masyarakat dan Budaya. Vol. 20. No. 2, 2018.

Said, Edward W. Orientalism. Knopf Doubleday Publishing Group, 2014.

Ward, Peter. Liquid Church. Wipf and Stock Publishers, 2013.

Weber, Max. The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Routledge, 2013.

Published

2020-01-31

How to Cite

Mujiyono, A., & Nugroho, F. J. (2020). Penciptaan Ruang Keempat Sebagai Basis Pembinaan Warga Gereja Pribumi Dalam Menggereja Di Jawa. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 4(1), 103–112. https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.173

Issue

Section

Article

Similar Articles

1 2 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.