Gereja Dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja Di Tengah Kemiskinan

Authors

  • Fibry Jati Nugroho Sangkakala Theological School

DOI:

https://doi.org/10.46445/ejti.v3i1.128

Keywords:

Gereja, Kemiskinan, Karl Marx, Spiritualitas, Church, Poverty, Spirituality

Abstract

Fibry Jati Nugroho, Church and Poverty: Discourse on the Role of the Church in the Midst of Poverty. The problem of poverty is not only a local problem, but a problem that the world is struggling with. The Church as the Lord's mandate in the middle of the world, is required to play a role in helping the problem of poverty. How naturally does the church play a role in the midst of community poverty? By using descriptive analysis methods, and in conjunction with the thinking of Karl Marx, examine the role of the church in helping to overcome the problem of poverty. The church's calling should be to voice injustice and oppression of poor people's rights. The Church is present to side with the weak, the powerless, the poor, and the marginalized. If the church does not have partiality to the weak, then the presence of the church has no meaning. The church needs to continually offer its prophetic criticism indiscriminately against various abuses of power, the occurrence of injustice, the deprivation of public rights, and the oppressive and impoverishing system of humans. The spirituality and religiosity of the congregation must also come to a social piety, in which the spiritual energy possessed by the congregation is able to encourage concern for various problems in people's lives. Spirituality like this must be a concern of the church in building the life of the church. The cross must be understood as a reflection of the suffering and death of Christ, but at the same time must be able to open the eyes and ears of suffering, misery, and human hope for their dignity and human dignity. That's where the church plays a role.

 

Fibry Jati Nugroho, Gereja dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja di Tengah Kemiskinan. Permasalahan kemiskinan bukan hanya menjadi masalah lokal, namun menjadi masalah yang digumulkan oleh dunia. Gereja sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia, dituntut untuk dapat berperan dalam membantu masalah kemiskinan. Bagaimanakah sewajarnya gereja berperan di tengah kemiskinan masyarakat? Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, serta meminjam pemikiran Karl Marx, untuk menelisik peran gereja dalam membantu mengatasi permasalahan kemiskinan. Panggilan gereja yang seharusnya adalah untuk menyuarakan ketidakadilan dan penindasan hak-hak orang mis­kin.  Gereja hadir untuk berpihak kepada yang lemah, tidak ber­daya, miskin, dan yang terpinggirkan. Jika gereja tidak memiliki keperpihakan kepada yang lemah, maka kehadiran gereja tidak memiliki makna. Gereja perlu terus menerus menyu­ara­kan kritik profetisnya tanpa pandang bulu terhadap berbagai penyalah­gunaan kekuasaan, terjadinya ketidakadilan, terampasnya hak-hak masya­rakat, dan terhadap sistim yang menindas serta memiskinkan manusia. Spiritualitas dan religiusitas jemaat juga harus sampai kepada sebuah kesalehan sosial, di mana energi spiritual yang dimiliki jemaat mampu untuk mendorong kepeduliannya akan berbagai persoalan kehidupan masyarakat. Spiritualitas seperti inilah yang harus menjadi perhatian gereja dalam membangun kehidupan jemaat. Salib harus dipahami sebagai refleksi atas penderitaan dan kematian Kristus, namun di saat yang sama pula harus mampu membuka mata dan telinga akan penderitaan, kesengsaraan, dan pengharapan manusia akan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Disitulah gereja berperan.

Author Biography

Fibry Jati Nugroho, Sangkakala Theological School

S1 S.Th - STT Sangkakala

S2 M.Si - Fakultas Teologi UKSW Salatiga

S3 Dr - Fakultas Teologi UKSW Salatiga

 

References

Andreas, W. 2010. Manajemen Gereja. Bandung: Bina Media Informasi.

Timotius, S. 2012. Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang. Yogyakarta: ANDI.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Darmawijaya. 1991. Keterlibatan Allah Terhadap Kaum Miskin. Yogyakarta : Aditya Media.

Yewanggoe, A.A. 1992. Kemiskinan Dan Etos Kerja Masyarakat Indonesia. Jakarta: Yakoma.

Sutrisno, L. 1999. Kemiskinan, Perempuan, Pemberdayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Setio, R. 2002. Teologi Ekonomi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Napel, H.T. 2002. Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Larosa, A. 2001. Misi Sosial Gereja. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Kamil, S. 2002. “Pemikiran Karl Marx ‘‘Agama Sebagai Alienasi Masyarakat Industri’’ Suatu Apresiasi Dan Kritik.†Jurnal Universitas Paramadina, 1 (2): 116-133.

Marantika, C. et al. 1990. Menuju Tahun 2000: Tantangan Gereja di Indonesia. Bandung: Pusat Literatur EUANGELION.

Gidden, A. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Terjemahan Oleh Soeheba K. dari Capitalism and Modern Social Theory; an Analisis of Writing of Marx, Durkheim, and Max Weber. Jakarta: UIP.

Herlianto. 2012. Pelayanan Sosial Gereja. Jakarta: Yabina.

Johnson, D.P. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terj. Robert M.Z. Lawang. Jakarta: PT. Gramedia.

Clinebell, H. 1982. Growth Counseling. Nashville: Abingdon.

Siswanto, K. 2014. “Tinjauan Teoritis Dan Teologis Terhadap Diakonia Transformatif Gereja.†Jurnal Simpson: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 1 (1): 95-120.

Nugroho, F.J. 2017. “Pendampingan Pastoral Holistik: Sebuah Usulan Konseptual Pembinaan Warga Gereja†Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, 1 (2): 139-154.

Nainggolan, C.B. 2011. “Masalah Kemiskinan dan Kepedulian Gereja.†Jurnal Teologi STULOS, 10 (1).

Published

2019-01-30

How to Cite

Nugroho, F. J. (2019). Gereja Dan Kemiskinan: Diskursus Peran Gereja Di Tengah Kemiskinan. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 3(1), 100–112. https://doi.org/10.46445/ejti.v3i1.128

Issue

Section

Article

Similar Articles

1 2 3 4 5 6 7 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.